FISIKA

PENGARUH DOPING EMAS DAN PERLAKUAN ANIL
PADA SENSITIVITAS LAPISAN TIPIS SnO2 UNTUK
SENSOR GAS CO
Almunawar Khalil 1*, Sri Yani Purwaningsih 2, Darminto 3


Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh doping emas dan perlakuan anil pada sensitivitas lapisan tipis SnO2 untuk sensor gas CO. Penelitian diawali dengan deposisi lapisan tipis SnO2 pada substrat alumina menggunakan teknik DC-Sputtering dengan parameter deposisi tekanan gas 1 x 10-1 torr, suhu substrat 250 °C, arus 20 mA, tegangan DC 2 kV, dan waktu deposisi divariasi dari 30 menit hingga 120 menit dengan interval 30 menit. Setelah deposisi, lapisan tipis SnO2 didoping emas (Au) menggunakan teknik implantasi ion. Selanjutnya lapisan tipis SnO2:Au dianil pada suhu 350 °C dan 550 °C selama 30 menit. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa efek doping Au dan perlakuan anil cenderung menurunkan nilai resistansi. Resistansi lapisan tipis SnO2 setelah didoping Au sebesar (4,89 dan 3,60) M_, sedangkan lapisan tipis SnO2:Au sesudah dianil resistansinya menjadi (3140 dan 346,40) k_. Berdasarkan uji sensitivitas sensor, lapisan yang dianil pada suhu 550 °C mempunyai sensitivitas tertinggi sebesa r 22,38 % untuk mendeteksi 5700 ppm gas CO. Berdasarkan pengamatan struktur mikro dengan SEM ukuran butir lapisan tipis SnO2:Au yang dianil 350 °C dan 550 °C berkisar (0,5 – 1 ) μm dan (1,5 – 5) μm. Hasil analisis komposisi unsur dengan EDS, untuk lapisan tipis SnO2:Au yang dianil pada suhu 550 °C adalah 2,88 % atom Sn, 43,43 % atom O, 49,20 % atom Na, 4,01 % atom Au, dan 0,48 % atom Al. 

Katakunci: lapisan tipis SnO2 , anil, sensor gas, sensitivitas


SINTESIS BAHAN SUPERKONDUKTOR
BiSr2CaCu2Oy (Bi-1212) DENGAN VARIASI DOPAN
MELALUI METODE PENCAMPURAN BASAH
Anis Nur Laili 1*, Darminto2

Abstrak
Sintesis bahan BiSr2CaCu2Oy (Bi-1212) tanpa dan dengan dopan Pb, Ba serta Sr telah dilakukan melalui metode pencampuran basah dengan suhu sinter 970oC selama 50 jam dan 985oC selama 30 jam. Hasil perhitungan fraksi berat berdasarkan pola spektrum uji XRD menunjukkan bahwa pemberian dopan Pb pada Bi dan Y pada Ca berhasil disintesis, yaitu komposisi (Bi0,6Pb0,4)Sr2(Ca0,7Y0,3)Cu2Oy) pada suhu sinter 970oC selama 50 jam (fraksi berat 64%) dan komposisi (Bi0,45Pb0,4)Sr2(Ca0,4Y0,7)Cu2Oy pada suhu sinter 985oC selama 10 jam (fraksi berat 60%). Adapun komposisi tanpa dan dengan dopan Ba serta Y belum menunjukkan hasil yang memuaskan (fraksi berat <30%). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian dopan Pb pada Bi dan Y pada Ca lebih efektif daripada pemberian dopan Ba pada Sr, karena dopan Pb pada Bi serta dopan Y pada Ca terbukti meningkatkan fraksi berat fasa Bi-1212. Struktur mikro berdasarkan uji SEM menunjukkan selain terdapat fasa Bi-1212 (bentuk butir lempengan persegi) juga terdapat fasa Bi- 2212 sebagai impuritas (bentuk butir seperti jarum).
Katakunci: Superkonduktor, fasa Bi-1212, dopan, metode pencampuran basah, XRD, SEM.



MONITORING HIGH-SPEED PARTICLE STREAM FROM EQUATORIAL CORONAL
HOLE
Bachtiar Anwar

Abstract
Coronal hole is a part of solar corona that visually appears as a black or dark region in EUV or Xray images of the Sun. This indicates that its density is very low compared to other such as active regions. The nature of low density can be understood as coronal hole has an opened-magnetic field structure which allows coronal particles escape easily to interplanetary space. Eventually, a coronal hole may appear at the equator region of the Sun. The particle stream from this coronal hole will sweep the Earth when it is located at appropriate position and may cause a disturbance to the Earth’s magnetic fields. Monitoring the particle stream from coronal hole is therefore very important to space weather. We utilized data from Extreme-ultraviolet Imaging Telescope (EIT) of Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) to trace the position of equatorial coronal hole and data from SWEPAM instrument aboard ACE (Advanced Composition Explorer) spacecraft to monitor the solar wind parameters at L-1 point. It is shown that by monitoring the position of equatorial coronal hole at the Sun, it is possible to predict the occurrence of a high-speed particle stream that may disturb the Earth’s space environment several days in advance.
Key words: the Sun, coronal hole, solar win, high-speed particle stream.space weather



GLOBAL MHD SIMULATION OF THE MAGNETOSPHERIC
RESPONSE DUE TO TRANSIENT SOLAR WIND STUDIED AT
LAPAN WATUKOSEK 2009: THE SPACE EARLY WARNINGS
1Bambang Setiahadi

Abstract
We have used a global magnetohydrodynamic simulation model to investigate the transient solar-wind events which occur in the magnetosphere. The magnetosphere reacts to automatically creates a bow-shock structure and deflects subsequent direct solar wind-flow away from the Earth. In the night-side of the magnetosphere, the plasma sheet recovers first along the flanks of the magnetosphere. The magnetic reconnection occurs at the midnight and the near- Earth neutral line shrinks toward midnight and then moves rapidly tail-ward as isolated plasma blob. Related space warning activity is discussed.
Key words: global MHD, solar wind, night reconnection, space early warnings



PENGARUH NITRIDASI TERHADAP KETAHANAN KOROSI
STAINLESS STEEL AISI 316L DALAM CAIRAN TUBUH TIRUAN
Dedi Setiawan 1*, Triwikantoro 2, Heny Faisal 3, Wagiyo 4


Abstrak
Stainless steel AISI 316L termasuk salah satu logam yang digunakan sebagai implan dalam tubuh manusia. Kerusakan yang terjadi pada logam tersebut sebagian besar (70%) disebabkan oleh korosi sehingga umur pemakaian kira-kira sepuluh tahun. Telah dilakukan nitridasi terhadap stainless steel AISI 316L menggunakan gas amoniak (NH3). Parameter nitridasi yang digunakan adalah laju aliran gas 5 mL/menit dengan variasi temperatur, yaitu 400, 420, 440, 460, 480, dan 500 oC selama 3 jam dan variasi waktu, yaitu 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 jam pada temperatur 420 oC. Kemudian dilakukan uji korosi dalam cairan tubuh tiruan (0,9% larutan sodium klorida dengan PH=7,4 pada temperatur 37oC) dengan metode elektrokimia menggunakan potensiostat/galvanostat model 273. Setelah nitridasi dan pengujian korosi, sampel dikarakterisasi struktur mikro dan komposisi kimianya menggunakan peralatan Mikroskop Elektron Scan (SEM) dan Spektrometer Dispersif Energi (EDS) serta identifikasi fasa menggunakan peralatan Difraksi Sinar-X (XRD). Hasil uji korosi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketahanan korosi (laju korosi rendah) sampai 16 kali pada sampel yang dinitridasi pada temperatur 420 oC selama 3 jam dibandingkan dengan sampel tidak dinitridasi, yaitu dari 0,1358 mil per tahun (mpy) menjadi 0,0082 mpy. Sedangkan penurunan ketahanan korosi (laju korosi tinggi) paling buruk terjadi pada sampel yang dinitridasi pada temperatur 500 oC selama 3 jam, yaitu 1,3541 mpy. Hasil pengamatan struktur mikro sampel yang diuji korosi menunjukkan gejala korosi lubang. Fasa-S yang berfungsi sebagai lapisan pelindung korosi pada sampel yang dinitridasi pada temperatur 420 oC selama 3 jam jumlahnya sedikit (tipis) sehingga tidak terdeteksi melalui pola difraksi sinar-X. Sedangkan dari hasil pengamatan struktur mikro tampang lintang menunjukkan adanya lapisan fasa-S dengan ketebalan sekitar 5 μm dan komposisi nitrogen sekitar 31,83% massa (30,34% atom).

Kata kunci: nitridasi, ketahanan korosi, stainless steel AISI 316L, cairan tubuh tiruan.



Karakteristik Alat Transportasi Informal
Ojek Sepeda Motor di Perkotaan
(Studi Kasus Kota Surakarta)
Dewi Handayani1*, Indrasurya B Mochtar 2, Ria AA Soemitro 3


Abstrak
Sebagai salah satu angkutan umum informal (tidak resmi) yang dalam istilah transportasi disebut paratransit, ojek sepeda motor dapat ditemui di daerah perkotaan seperti halnya Kota Surakarta. Keberadaan ojek memperlihatkan adanya kebutuhan transportasi dengan karakteristik pelayanan jenis tersebut. Oleh karena perlu untuk mengetahui karakteristik dari alat transportasi informal ojek sehingga dapat digunakan sebagai salah satu dasar kebijakan dalam mengadakan pelayanan transportasi angkutan umum penumpang. Pengumpulan data digunakan kuisioner yang dipandu oleh surveyor melakukan wawancara. Penarikan sampel dipergunakan metoda stratified random sampling, dengan pengambilan jumlah responden operator ojek di tiap pangkalan disesuaikan dengan perbandingan antara jumlah anggota kelompok dan jumlah operator keseluruhan. Analisis data digunakan metode Analisis Deskriptif Kuantitatif yaitu untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik operasional ojek di Kota Surakarta berdasarkan data kuantitafif. Hasil penelitian terhadap 23 pangkalan ojek dengan 246 operatornya yang beroperasi tetap di Kota Surakarta dapat disimpulkan bahwa keberadaan ojek sepeda motor di Kota Surakarta menunjukkan adanya kebutuhan (demand) angkutan umum dengan karakteristik operasional pelayanan seperti yang dimiliki ojek saat ini yaitu cepat, dapat melakukan pelayanan diluar batas wilayah kota serta waktu operasional pelayanan 24 jam. Selain itu pekerjaan sebagai operator ojek adalah salah satu bentuk pekerjaan informal yang dapat membantu masyarakat dalam mencukupi kebutuhan hidup.

Kata kunci: Ojek Sepeda Motor, Karakteristik, Paratransit, Perkotaan



ANTENA MIKROSTRIP SLOT BERSTRUKTUR KUPU-KUPU
DENGAN FEEDING CO-PLANAR WAVEGUIDE
Didi Muhtadi1) Yono Hadi Pramono 2)

Abstrak
Telah dirancang prototipe sebuah antena slot berstruktur kupu-kupu dengan menggunakan masukan co-planar wave guide yang dapat beroperasi pada frekuensi kerja pada standar IEEE 801.11 b/g (2400 – 2485 MHz), untuk kebutuhan komunikasi wireless. Hasil fabrikasi dari antena ini dikarakterisasi dengan alat Network Analyzer type HP 8714C dengan frekuensi maksimum 3000 MHz.
Dalam penelitian ini dibuat 2 desain antena. Antena kupu-kupu tunggal mendapatkan return loss (RL) sebesar -23,365 dB pada frekuensi tengah 2400 MHz. Frekuensi kerja optimum antena pada frekuensi 2385 dengan RL sebesar -23,521 dan VSWR 1,143. Lebar pita frekuensi (bandwith) 1945 MHz yang terukur pada range 1055 MHz hingga 3000 MHz, menunjukan antena dengan rentang frekuensi UWB (Ultra Wideband). Antena kupu-kupu ganda pada frekuensi tengah 2400 MHz mendapatkan RL -23,26 dB, dan frekuensi kerja optimum pada frekuensi 2560 MHz dengan RL sebesar -23,84 dB dan VSWR 1,137. Lebar pita frekuensi (bandwith) yang terukur 1270 MHz pada range 1730 MHz hingga 3000 MHz, dengan demikian menunjukan antena UWB (Ultra Wideband) Hasil pengukuran pola radiasi antena kupu-kupu tunggal mempunyai nilai SNR 38 dB pada arah horizontal dan besarnya penguatan terhadap antena pembanding yang berupa antena monopol dengan SNR 26 dB sebesar 12 dB. antena kupu-kupu ganda mempunyai nilai SNR 39 dB dengan besarnya penguatan terhadap antena pembanding monopol 13 dB. Diharapkan kedua desain antena yang dibuat dapat diterapkan dalam komunikasi wifi dengan keunggulan bandwithnya yang sangat lebar.
Kata kunci : CPW, Gain, Kupu-kupu, Mikrostrip slot, Return loss



KUANTISASI WARNA VARIETAS UNGGUL KACANG KEDELAI
1Era Budi Prayekti, 2Melania Suweni Muntini, 3Agoes Soetijono, 4Agus Rubiyanto

Abstrak
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan kedelai meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk, yakni sekitar 1,8% per tahun. Namun laju permintaan tersebut belum dapat diimbangi oleh laju peningkatan produksi. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil produksi kedelai adalah dengan pemilihan bibit
unggul, dan untuk itu diperlukan kegiatan pemilahan kedelai. Warna biji kedelai merupakan salah satu parameter standar mutu benih nasional. Secara umum varietas unggul kedelai dapat dilihat secara visual dengan mudah, misalnya yang berwarna kuning dan hitam (kedelai kuning dan kedelai hitam). Namun untuk kelompok varietas unggul kedelai yang berwarna kuning masih ada variasi yang secara kasad mata sulit untuk dibedakan.
Pada penelitian ini dilakukan kuantisasi warna pada varietas unggul kacang kedelai dengan menggunakan sensor TCS 230. Sensor warna TCS 230 ini merupakan sistem sensor yang terdiri dari sensor photodioda dan IC konverter (single monolithic CMOS integrated circuit). Selanjutny kuantisasi warna dialkukan dengan menentukan koordinat warna kacang kedelai yang menjadi sampel penelitian.
Kata kunci: aktuator, frekuensi, RGB, sensor warna



EPR investigation on spin flips satellite lines of trapped
hydrogen atoms in solids H2
Frida U. Ermawati

Abstract
Electron paramagnetic resonance (EPR) spectra of H atoms, produced in g-irradiated solid H2, were studied at 4.2 K. Two main lines of the EPR spectra of H atoms that are separated by about 500 G accompanied two weak satellite lines. Both satellite lines and main lines decrease with the same decay rate. In the D2−H2 mixtures, the satellite-line intensity depends upon the number of matrix protons. The spacing of the satellites from the main line is equal to that of the nuclear magnetic resonance (NMR) proton resonance frequency. It was concluded that the satellite lines were not ascribable to paired atoms but to spin flip lines due to an interaction of H atoms with matrix protons. The analysis of the spin flip lines and the main line suggests that H atoms in solid H2 are trapped in the substitutional site.

Key words: spin flip, satellite lines, solid hydrogen, trapped hydrogen atoms, matrix protons,
substitutional sites.



Rekonstruksi Model Variasi Komponen H Pola Hari
Tenang Stasiun Geomagnet Tangerang
Habirun

Abstrak.
Model variasi komponen H pola hari tenang dengan dibangun menggunakan analisis Harmonik, hasilnya kurang begitu akurat. Oleh karena itu dilakukan rekonstruksi yang dikaitkan dengan periode variasi diurnal dan secara numerik, guna meningkatkan akurasi model pola hari tenang. Sehubungan disekitar stasiun-stasiun pengamat geomagnet wilayah Indonesia pada umumnya dipengaruhi berbagai aktivitas gangguan. Antara lain pengaruh gangguan dari internal seperti drau akibat aktivitas manusia didaerah sekitar stasiun dan aktivitas geomagnet itu sendiri seperti badai magnet. Aktivitas gangguan eksternal terutama dari matahari seperti akibat aktivitas flare, CME (Coronal Massa Ejection) dan coronal hole. Oleh karena itu variasi komponen H geomagnet sangat kompleks, berfluktuasi dan dinamis. Berdasarkan data variasi komponen H stasiun pengamat geomagnet BMG Tangerang ditentukan model variasi komponen H pola hari tenang dikaitkan dampak diurnal variation (variasi diurnal), hasilnya dibandingkan terhadap rata-rata variasi komponen H 5 hari tenang dengan koefisien korelasi 0,87. Demikian pula galat model 10,516 nT serta efisiensi model 73 %. Akurasi model rekonstruksi secara numerik lebih baik dibandingkan terhadap model variasi komponen H pola hari tenang dengan koefisien korelasi 0,99 dan galat model 1,815 nT serta efisiensi model 98 %.
Kata kunci: rekonstruksi model, variasi komponen H, Harmonik analisis, dampak variasi
diurnal



ANALISIS FASA KRISTAL BAHAN GELAS METALIK BERBASIS
ZIRKONIUM ANTARA TEMPERATUR 410°C - 430°C
Haning Hasbiyati 1*, Triwikantoro 2

Abstrak
Telah dilakukan analisis fasa kristal yang terbentuk pada bahan gelas metalik pada paduan Zr69,5Cu12Ni11Al7,5, Zr68Cu14Ni11Al7,5, dan Zr64,5Cu17Ni11Al7,5 yang dipanaskan pada temperatur 4100C, 4200C, dan 4300C selama 1 jam. Sampel diuji dengan difraksi sinar-X (XRD) sebelum dan sesudah pemanasan untuk mengetahui fasa kristal yang terbentuk. Hasil identifikasi menunjukan fasa kristal yang terbentuk selama pemanasan terdiri dari ZrO2 berstruktur tetragonal sebagai fasa dominan. Selain itu terdapat fasa intermetalik Cu10Zr7
pada ketiga paduan. Ukuran butir fasa kristal yang terbentuk dihitung dengan menggunakan
persamaan Scherrer. Untuk fasa ZrO2 tetragonal ukuran kristalnya berkisar 5-16 nm dan
Cu10Zr7 ortorombik berkisar antara 8-21 nm.
Kata kunci: gelas metalik, zirkonium, pemanasan  



Sintesis dan Karakterisasi Bahan Komposit
Karet Alam-Silika
Hildayati1*, Triwikantoro1, Heny Faisal1, Sudirman2


Abstrak
Bahan komposit karet alam-silika (karet alam-SiO2) dikembangkan dengan kombinasi partikel
silika dan lateks alam iradiasi (LAI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa partikel SiO2 secara
homogen didistribusikan keseluruh permukaan matriks karet alam sebagai clusters Partikelpartikel dibentuk sebagai suatu clusters dengan memanfaatkan 3-aminopropyltriethoxysilane (APTES) sebagai agen penggandeng. Kuat tarik, tensile modulus, dan perpanjangan putus mengalami peningkatan secara drastis pada komposisi 9-12 wt % SiO2 di dalam karet alam. Sedangkan kuat sobeknya mengalami peningkatan drastis pada komposisi 6-9 wt% SiO2 di dalam karet alam. Selanjutnya, penambahan komposisi SiO2 pada matriks akan meningkatkan kekerasan dan perbaikan sifat panas komposit. Analisis struktur dengan menggunakan FT-IR dan SEM. Komposit karet alam/SiO2 mempunyai potensi besar diaplikasikan menghasilkan bahan jadi karet terutama produk-produk bersifat melindungi dengan kinerja-kinerja yang tinggi.
Kata kunci : Karet alam; Silika; Komposit; Clusters; Agen Penggandeng.



PENCITRAAN STRUKTUR PERMUKAAN BAWAH TANAH
DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA KURVA DISPERSI
STUDI KASUS: KAMPUS GEOMATIKA FTSP ITS SURABAYA
1Hisbulloh Huda, 2 Prof.Dr.rer.nat.Bagus Jaya Santosa


Abstrak. 
Telah dilaksanakan penelitian tentang metoda eksplorasi seismic refraksi, dengan memanfaatkan Tiang pancang pada proyek pembangunan Kampus geomatik II FTSP ITS Surabaya sebagai sumber getar.Gelombang Rayleigh merupakan salah satu jenis dari gelombang permukaan yang baik digunakan untuk mengidentifikasi struktur perlapisan dekat permukaan bumi, karena 67% energi total yang dilepaskan oleh sumber gelombang seismic ditransmisikan dalam bentuk gelombang Rayleigh. Pada medium yang berlapis gelombang Rayleigh mempunyai sifat dispersif, kecepatan sebagai fungsi frekuensi. Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan struktur perlapisan bumi berdasarkan kecepatan gelombang geser (Vs) terhadap kedalaman (h). Proses inversi dilakukan untuk mendapatkan pencocokan antara kurva dispersi pengukuran dengan model. Hasil proses inversi adalah kecepatan gelombang geser (Vs) sebagai fungsi kedalaman. Penelitian ini di harapkan dapat mengidentifikasi dan mengkarakterisasi profil tanahdi lokasi penelitian. Berdasarkan hasil Estimasi kecepatan geser sebagai fungsi kedalaman dilakukan dengan cara menginversikan kurva dispersi seluruh pasangan geophone yang terdekat. b.Hasil seluruh estimasi kecepatan gelombang geser ini mencerminkan struktur bawah permukaan antara kedua geophone interpretasi geologi menyebutkan , bahwa kedalaman 1 meter pada titik 2,5 meter sampai titik 45 meter dan pada titik 52,5 meter berupa batuan lempung pasiran dan pada titik 47,5 meter
berupa batuan pasir. ampai tanah keras (nilai SPT > 50). Sedangkan SPT dengan pendekatan lempung diketahui bahwa lapisan tanah disemua titik (kecuali disekitar titik 47,5 m ) termasuk pada tanah lunak. Dari kedua estimasi ini didapatkan kesamaan kriteria pada titik 2,5 m sampai 37,5 m yakni batuan termasuk pada batuan lunak.
Kata kunci: Profil tanah, analisa dispersi, gelombang Rayleigh




ANALISIS DISPERSI GELOMBANG RAYLEIGH
STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN
STUDI KASUS : DAERAH PASIR PUTIH DALEGAN GRESIK
*1Ahmad Sholihan 2Bagus Jaya Santosa


ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian seismik untuk mengidentifikasi struktur geologi bawah permukaan bumi dengan menggunakan salah satu jenis metode non-invasive tests yaitu Spectral Analisis of Surface Wave (SASW) melalui analisis dispersi gelombang Rayleigh. Sifat dispersi gelombang Rayleigh dapat digunakan untuk menentukan struktur perlapisan bumi berdasarkan kecepatan gelombang geser (Vs) terhadap kedalaman (h). Pengambilan data dalam penelitian ini berlokasi di daerah Pasir Putih Dalegan Kabupaten Gresik dengan menggunakan cara forward shooting dan reverse shooting dengan near offset 5 meter dan far offset 38 meter. Dari hasil pengolahan data analisis dispersi gelombang Rayleigh pada masing-masing lintasan melalui proses inversi dengan metode SASW diperoleh nilai kecepatan gelombang geser (Vs) sebagai fungsi kedalaman sebesar 103 m/s - 1763 m/s pada lintasan pertaman, 108 m/s - 1761 m/s untuk lintasan kedua dan 103 m/s - 1761 m/s untuk lintasan ketiga. Sehingga dari nilai kecepatan gelombang geser tersebut diindikasikan pada kedalaman 0-5 meter struktur pelapisannya berupa Pasir kering dan pasir tersaturasi, kedalaman 5-10 meter berupa Pasir tidak terkonsolidasi, kedalaman 10-20 meter berupa pasir porous dan pada kedalaman 20-55 meter berupa lempung porous dan batuan pasir.
Kata kunci : Kurva Dispersi, Gelombang Rayleigh, metode SASW, Kecepatan gelombang geser



INTERPRETASI STRUKTUR DAN SEDIMENTASI
RESERVOAR FORMASI PARIGI SUMUR ”B-29” LAPANGAN ITS
CEKUNGAN JAWA BARAT MENGGUNAKAN
FULLBOREFORMATION MICRO IMAGER LOG (FMI)
Indra Fitriliyana1), Oki Satriawan,ST 2) , Widya Utama1)


Abstrak
Telah dilakukan interpretasi struktur dan sedimentasi reservoar Formasi Parigi sumur ”B-29” menggunakan Formation Micro Image (FMI) untuk mengetahui struktur dan sedimen dari formasi. Prinsip kerja log FMI adalah pencitraan (imaging) formasi dengan menggunakan data resistivitas. Interpretasi struktur reservoir Formasi Parigi dilakukan untuk mengetahui struktur dip, stylolite, fracture, micro fault, breakouts, dan drilling induced fracture. Sedangkan interpretasi sedimen untuk mengetahui facies, deposition setting, sekuen stratigrafi, analisa tekstur dan distribusi porositas. Dari hasil analisa dan interpretasi struktur dan sedimentasi
dapat diambil kesimpulan bahwa hampir seluruh interval merupakan limestones dengan dip 100 dan azimuth 2680. Terdapat 57 stylolite dengan besar dip 180, 3 konduktivitas fracture dan 9 resistivitas fracture yang menunjukkan arah strike NNW-SSW, satu micro fault pada dip 560 dengan arah SW pada kedalaman 636 m, breakouts dan drilling induced fracture pada arah NW-SE/NNW-SHMAX. Seluruh interval limestone Formasi Parigi yang diloging merupakan Transgressive Systems Tract yang memiliki dua porositas yang baik yaitu 20
% dan 40 %. Sedangkan untuk porositas yang rendah (10 %) terbaca pada kedalaman diatas 589 m dimana para sekuennya didominasi oleh wackestone.
Kata kunci : Formation micro image, dip, stylolite, fracture, micro fault, transgressive systems tract, breakouts, drilling induced fracture, wackestone.




POWER SPECTRAL DISTRIBUTION OF Pc3 MAGNETIC
PULSATIONS OBSERVED AT BIAK DURING DESCENDINGPHASE
OF SOLAR ACTIVITY
L. Muhammad Musafar K 1*
 
Abstract
The magnetic data recorded by ground-based magnetometer at Biak during 1992 to 2000
has been processed. The magnetometer records the magnetic field variation in three components of magnetic field; H-, D-, and Z-component, with 1-second time resolution. By
applying Butterworth filter and Fast Fourier Transform we extracted Pc3 magnetic pulsations.
We found that during 1992 to middle of 1996 where the solar activity in descending phase,
the frequency of Pc3 magnetic pulsations in the band 0.03 – 0.05 Hz (Musafar, 2009). The
Pc3 magnetic pulsations show different frequency characteristic during middle of 1996 to
2000 where the solar activity in the ascending phase, the frequency of Pc3 magnetic
pulsation observed at Biak in the band 0.05 – 0.09 Hz. To investigate the energy source of
the Pc3 magnetic pulsation during the descending phase of solar activity we analyzed the
power spectrum of Pc3 signal. We observed that distribution of power spectrum of Pc3
magnetic pulsation almost similar during 1992 – 1995. We also observed that the power
spectrum of the Pc3 magnetic pulsation show a tendency to increase around morning and
decrease around afternoon.
Keywords: Pc3 magnetic pulsation, solar activity, power spectrum



PENGARUH UNSUR KOROSIF PADA AIR HUJAN
TERHADAP PERILAKU KOROSI BAJA KARBON RENDAH
Lukman 1*, Triwikantoro 2

Abstrak
Telah dilakukan pengamatan pengaruh unsur korosif air hujan terhadap produk korosi baja karbon rendah. Baja karbon rendah berupa velg dengan variasi lapisan “Coating”diuji korosi dalam medium air hujan dengan metode potensiostat dan menggunakan pengaduk magnetik. Sampel sampel yang telah terkorosi dihitung laju korosinya, kemudian produk korosi diamati menggunakan XRD dan SEM dengan fasilitas EDX. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sampel 2 (2,5 x 10-5 mm/year) mempunyai laju terbesar, diikuti sampel 1 (0,4 x 10-5 mm/year) dan sampel 3 (0,17 x 10-5 mm/year). Secara umum laju parabolik produk korosi tidak bisa teramati untuk sampel 1 dan sampel 3, sedangkan sampel 2 didentifikasi sebagai Fe2O3 (besi oksida). Hasil pengamatan dengan SEM dan EDX menunjukkan bahwa produk korosi cukup merata dan pada sampel 2 lapisan oksida terkelupas dan reaksi terjadi antara base metal dengan oksigen.
Kata kunci : Baja karbon rendah, Korosi, Air hujan, velg.



APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK
MENENTUKAN CADANGAN FOSFAT: STUDI KASUS SUKOLILO,
PATI JAWA TENGAH
Mohamad Rauf1*, Widya Utama2

 
Abstrak
Berdasarkan hasil penelitian Potensi Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Pati Jawa Tengah cadangan fosfat banyak ditemukan di pegunungan sebelah selatan Pati, termasuk dalam satuan geomorfologi Perbukitan Gunung Watukendong – Gunung Gledek tepatnya di tiga kecamatan yaitu : Sukolilo, Kayen dan Tambakromo. Menurut hasil penelitian tersebut perlu dilakukan penelitian lebih detil terhadap bahan galian C yang telah ada dalam rangka inventarisasi secara lebih teliti dari segi teknis dan kelayakan. Penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan penelitian terdahulu, adapun metode yang digunakan adalah geolistrik dua dimensi konfigurasi Wenner– Schlumberger dan uji kimiawi. Pemodelan dengan menggunakan Res2Dinv untuk memperoleh kontur tahanan jenis struktur tanah bawah permukaan dan besar cadangan fosfatnya Sedangkan metode uji kimiawi dilakukan untuk menentukan kadar P2O5. Hasil pengukuran dilaboratorium diperoleh harga resistivitas batuan fosfat berkisar 118,49 Wm hingga 449,37 Wm sedangkan berdasarkan anomali pada kontur resistivitas hasil inversi Res2Dinv berkisar 94 Wm hingga 450Wm. Pola sebaran batuan fosfat membentuk lapisan – lapisan dalam morfologi gua, yang ditemukan pada kedalaman 2,1 m hinga 9,6 m, dengan volume cadangan 4.069,94 m3 atau 13.145,9 ton. Dari hasil analisa kimiawi diperoleh kadar P2O5 sebesar 10,64 % hingga 29,82 %.
Kata kunci : Geolistrik, konfigurasi Wenner – Schlumberger, resistivitas, fosfat, kadar P2O5.



PENGARUH PELAPISAN OKSIDA SiO2 PADA PERMUKAAN
PARTIKEL SiC TERHADAP KUALITAS IKATAN ANTARMUKA
KOMPOSIT Al-SiC
1M. Saleh, 2M. Zainuri
 
Abstrak
Komposit matrik logam Al-SiC menggunakan aluminium sebagai matrik dan partikel keramik
SiC sebagai penguat dibuat dengan metode metalurgi serbuk. Dalam penelitian ini,
komposit Al-SiC dengan variasi perlakuan panas terhadap partikel keramik SiC pada suhu
900oC, 1000oC, dan 1100oC serta variasi fraksi volume SiC 10, 20, 30 dan 40%. Perlakuan
panas pada partikel SiC adalah untuk melapisi permukaan partikel SiC dengan oksida SiO2
yang berfungsi sebagai pengikat (binder) dan dapat meningkatkan aspek kemampubasahan
partikel SiC yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas ikatan antarmuka antara matrik
dan penguat. Pembentukan green density dilakukan dengan proses single compaction dan
beban sebesar 15 KN, proses sinter dilakukan dalam tabung vakum pada suhu 600oC
dengan holding time 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan partikel SiC
dapat meningkatkan kekerasan dan nilai modulus elastisitas pada komposit Al-SiC. Pada
semua fraksi volume SiC pada komposit Al-SiC perlakuan panas SiC pada suhu 1100oC
mempunyai nilai kekerasan dan modulus elastisitas yang paling tinggi dibandingkan dengan
perlakuan panas partikel SiC yang lain.
Katakunci: komposit, ikatan antarmuka, modulus elastisitas



PENGGUNAAN DOPAN Pb , Ba DALAM SINTESIS
BAHAN SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O FASA 1223
MELALUI METODE PENCAMPURAN BASAH
M Shohib Anwar, dan Darminto
 
ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis bahan superkonduktor dengan basis Bi dan senyawa kuprat sebagai
lapis pemisah tunggal BiSr2Ca2Cu3Ox (Bi-1223). Fasa Bi-1223 disintesis dengan mereaksikan bahanbahan dasar dengan nitrat, kemudian dikalsinasi untuk menghilangkan nitrat dan disintering pada suhu 940oC sampai terbentuk fasa BiSr2Ca2Cu3Ox. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas tentang pembentukan fasa superkonduktor dengan metode pencampuran basah. Berdasarkan hasil XRD dapat diketahui fasa-fasa yang terbentuk, sedangkan untuk melihat fasa Bi-1223 sendiri dilakukan dengan menggunakan 4 model yaitu (1) dengan mengganti Tl pada fasa Tl-1223 dengan Bi, (2) gabungan fasa Bi- 1212 dengan Bi-2223, (3) 2 model dari memecah struktur Bi-2223 menjadi Bi-1223. Dari hasil XRD, masih banyak impuritas yang terbentuk. Fasa Bi-1223 pada tahapan sintering dicocokan dengan model dengan memakai Retica. Model dengan memecah Bi-2223 menjadi Bi-1223 merupakan model yang hampir sama dengan mengganti Tl pada fasa Tl-1223 dengan Bi hanya berbeda parameter kisi, keduanya mempunyai kecocokan lebih besar, ini ditunjukkan dengan nilai Rb yang lebih kecil. Penambahan doping memperbesar pembentukan fasa Bi-1223 ini ditunjukkan nilai RB. Dalam sintesis ini masih banyak terdapat impuritas yang merupakan paduan dari bahan-bahan dasar.
Kata kunci: superkonduktor, Bi-1223.



PENGARUH PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP
PERILAKU KOROSI PADUAN ALUMINIUM SERI 6061 DALAM
LARUTAN 0,05M HCl
Mursalin 1*, Suminar Pratapa 2, Heny Faisal 3

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang perlakuan panas artificial aging pada paduan aluminium seri 6061. Proses perlakuan panas dilakukan pada temperatur 530oC dan quenching dengan media air pada temperatur kamar dan dilanjutkan proses artificial aging pada temperatur 180oC dengan variasi hoding time 1 jam, 7 jam, 11 jam, dan 24 jam, terakhir didinginkan di udara bebas. Perlakuan panas artificial aging dapat meningkatkan kekerasan dan mempengaruhi perilaku korosi paduan aluminium seri 6061. Uji kekerasan menggunakan Vickers Hardness, uji korosi dilakukan dengan poensiostat dalam medium 0,05M HCl. Jenis-jenis korosi dan struktur mikro diamati dengan MO (Mikroskop Optik), SEM dan EDX, unsurunsur kimia diamati dengan XRF (X-Ray Fluoresence), sedangkan perubahan fase diamati dengan XRD (X-ray diffraction).Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai kekerasan awal paduan aluminium seri 6061 yang dijadikan sampel adalah 71,7 VHN. Dan sesudah perlakuan panas aging kekerasan meningkat seiring meningkatnya holding time yang maksimum dicapai sebesar 38,21% pada holding time 11 jam dan kekerasannya turun pada holding time 24 jam dengan nilai 84.0 VHN. Laju korosi awal pada permukaan sampel adalah 0.41 mpy. Laju korosi minimum dicapai pada holding time 7 jam yaitu 0.23mpy, laju korosi
meningkat pada holding time 11 jam sebesar 0,24 mpy dan 24 jam sebesar 0.31 mpy. Jenis korosi yang terbentuk pada permukaan sampel adala korosi intergranuler dan korosi sumuran.
Kata Kunci: aging, aluminium seri 6061, korosi, struktur mikro



Analisis Petrofisika Batuan Karbonat Pada Lapangan DIF
Formasi Parigi Cekungan Jawa Barat Utara
Nadifatul Fuadiyah1, Widya Utama2,Totok Parafianto3

Abstrak
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan kondisi petrofisik yaitu dengan
menghitung nilai porositas dan saturasi air, menentukan litologi dari tiap sumur, menentukan korelasi
antar sumur dan memetakan distribusi porositas dan distribusi saturasi air pada sumur DIF. Metodologi
secara umum yaitu dari data log yang didapat, ditentukan litologinya kemudian melakukan korelasi
antar sumur dan menghitung nilai saturasi air dan porositas dengan rumus persamaan Archie. Dari
hasil dan pembahasan diperoleh nilai porositas baik terdapat pada sumur DIF-07 yang nilainya sebesar
29%. Dan nilai saturasi air terendah pada Sumur DIF-01 dan DIF-07 yang nilainya sebesar 46%,
korelasi struktur dan korelasi stratigrafi dapat diketahui bentukan struktur bawah permukaan dari
formasi Parigi.
Kata kunci : porositas, saturasi air,



MORFOLOGI DAN SIFAT LISTRIK FILM NANOKOMPOSIT
PANi/HCl/Fe3O4
Nugrahani Primary Putri 1,2*, Darminto 2

Abstrak
Sintesis film nanokomposit PANi/HCl/Fe3O4 telah dilakukan menggunakan metode
elektrokimia galvanostat dengan elektroda nikel sebagai katoda dan elektroda karbon
sebagai anoda. Sintesis dilakukan dengan arus 4mA selama 30 menit, dengan variasi
volume penambahan ferofluida terhadap volume anilin. Keberadaan fasa iron oxide telah
dikonfirmasi dengan hasil karakterisasi EDX. Sedangkan morfologi permukaan sampel
dapat dilihat dari hasil karakterisasi SEM. Nilai konduktivitas listrik sampel menurun dengan
penambahan Fe3O4.
Katakunci: nanokomposit PANi/HCl/Fe3O4, galvanostat



PENGARUH PERLAKUAN PANAS T6 DAN T78 PADA KOROSI
LOKAL PADUAN ALUMINIUM 6063
Nurmawati1*, ZaenalArifin1, Darminto1

Abstrak
Korosi Aluminium dan paduannya telah menjadi subjek banyak penelitian karena kepentingan dan aplikasinya dalam konstruksi pesawat terbang, automobil dan berbagai macam industri. Aluminium seri 6063 adalah paduan aluminium dengan magnesium dan silikon. Paduan ini memiliki sifat ketahanan korosi kurang bagus, besar kemugkinan terserang korosi intergranular dalam kondisi tertentu. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh variasi waktu penahanan pada perlakuan panas penuaan terhadap perilaku korosi dari paduan aluminium seri 6063 dengan menggunakan larutan 1M NaCl.
Pada penelitian ini dikaji sampai sejauh mana pengaruh larutan 1 M NaCl terhadap ketahanan korosi aluminium 6063 baik dilihat dari struktur mikro maupun produk korosi yang terbentuk pada permukaan aluminium yang telah mengalami proses perlakuan panas penuaan. Proses perlakuan panas pelarutan T6 dilakukan pada temperatur 550ºC dengan waktu 30 menit,dan panas penuaan pada temperatur 175°C dengan waktu penahanan 0,5 jam, 1 jam, 2 jam dan 4,5 jam. Perlakuan T78 sama dengan T6, dan panas penuaan pada temperatur 240ºC dengan waktu penahanan 0,5 jam, 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Karekteristik korosi lokal pada permukaan aluminium 6063 akan dilakukan dengan SEM, sedangkan analisis produk korosi yang terbentuk pada permukaan aluminium akan dilakukan dengan analisis EDX. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah aluminium 6063 T78 menunjukkan ketahanan yang lebih tinggi terhadap korosi antar granular dibandingkan dengan aluminium 6063 T6 yang mendapat penanganan maksimum.
Kata Kunci: Aluminium 6063, Korosi, NaCl.



PENGGUNAAN METODE RESISTIVITAS 3-DIMENSI:
UNTUK MENGETAHUI BIDANG LONGSOR PADA DAERAH
RAWAN LONGSOR DI DESA KEMUNING LOR
KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER
SEBAGAI BAGIAN DARI MITIGASI
BENCANA LONGSOR
Ridhwan *) Dwa Desa Warnana*), Widya Utama *)

ABSTRAK
Bencana longsor adalah peristiwa alam yang disebabkan oleh proses geologi dan perbuatan manusia. Ketidaksiapan dalam menghadapi bencana, pecegahan dan mitigasi dapat mengakibatkan jatuh korban baik jiwa maupun harta benda. Pada daerah rawan longsor perlu diidentifikasi struktur bawah permukaan untuk mengetahui dimana letak bidang longsor. Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember merupakan daerah rawan yang hamper tiap tahun terjadi longsoran. Telah dilakukan pengukuran resistivitas 3 Dimensi konfigurasi pole-pole di lokasi penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan tanah secara vertikal maupun secara horizontal sehingga dapat diketahui bidang yang rawan longsor. Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan Software Res3dinv dan software Rockwork hasil dari interpretasi dan korelasi dengan data bor bidang rawan longsor terletak pada ke dalaman sekitar 2 meter sampai 15 meter berupa apabila apabila saturasi air jenuh, jenis tanah di area penelitian ini adalah lempung dan lanau berpasir dengan nilai resistivitasnya lapisan 2,72 _m hingga 95, 72 _m. Jenis tanah jenuh tidak kuat apabila saturasi air tinggi tidak mampu menahan tekanan air yang besar maka diperkirakan akan terjadi longsoran dengan arah menuju tebing.
Kata kunci : Bencana longsor, Desa Kemuning Lor, Resistivitas, Pole-pole, Sofware Res3dinv ,tanah jenuh.



PENERAPAN PID CONTROLLER PADA SISTEM
PENGENDALIAN TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN
KACA LEMBARAN DI PT ASAHIMAS FLAT GLASS, TBK
SIDOARJO
1Suyanto, dan 2Miftahuddin

Abstrak. Plant Lehr merupakan suatu tempat pengendalian temperatur untuk mendinginkan
benda yang terbuat dari kaca dimana proses pendinginannya harus secara bertahap agar
diperoleh kaca dengan kualitas baik. Salah satu parameter yang paling penting dalam proses ini
yaitu pengendalian temperatur lehr agar kaca yang dihasilkan baik dan mudah untuk dipotong
pada proses cutting. Kontroller yang dipakai pada unit plant ini adalah menggunakan PID
Controller, oleh karena itulah diperlukan analisa mengenai parameter PID yang digunakan.
Dari real plant tidak didapatkan besarnya nilai K1, Ti, Td. Oleh karena itu, pada penelitian ini
akan dicari parameter-parameter tersebut dan analisa dari kinerja plant tersebut. Dari hasil
analisa diperoleh nilai K1 = 32.45, Ti = 24.4, Td = 6.1 dan memilki respon yang cukup baik
dengan rise time yang cepat, tidak adanya error.
Kata kunci: Plant Lehr, Temperature, PID Controller



SIFAT ELEKTRONIK SILIKON AMORF TERHIDROGENASI TIPE
P YANG DIDEPOSISI DENGAN SISTEM PECVD
Tofan Tri Oktora1*, Eddy Yahya2

Abstrak
Telah dideposisi lapisan tipis silikon amorf terhidrogenasi (a-Si:H) dengan menggunakan
sistem PECVD. Proses deposisi dilakukan dengan daya rf ± 3 Watt pada tekanan ruang
deposisi 530 mTorr dengan mengalirkan gas silan, hidrogen dan boron. Laju gas sumber
mempengaruhi banyaknya radikal yang terbentuk didalam plasma sehingga juga
mempengaruhi efektifnya interaksi (ikatan) antar atom. Peningkatan laju Hidrogen
menyebabkan semakin teratur lapisan a-Si:H tipe p yang terbentuk tetapi meningkatnya laju
Boron menyebabkan ketidak-teraturan lapiran yang terbentuk. Konduktivitas listrik
didapatkan pada orde 10-3 sedangkan bandgap berkisar 1,7 eV sampai 1,8 eV.
Kata Kunci : a-Si:H tipe p, sistem PECVD, konduktivitas.



Analisis Pre-Stack Time Migration (PSTM) Pada Data
Seismik 2D Dengan menggunakan Metode Kirchoff Pada
Lapangan “ITS” Cekungan Jawa Barat Utara
Wahyu Tristiyoherrni 1, Mualimin2 , Widya Utama1

Abstrak
Telah dilakukan analisis pre-stack time migration pada data seismik 2D dengan menggunakan
metode Kirchoff pada lapangan ”ITS” cekungan Jawa Barat Utara. Digunakan metode Kirchoff
dan migrasi sebelum stack karena perhitungan dengan metode kirchoff dapat menyelesaikan
permasalahan yang meliputi waktu, sudut, dan jarak yang terdapat dalam penampang seismik
dan migrasi sebelum stack mampu menghasilkan gambaran penampang bawah permukaan
yang lebih jelas dan memberikan informasi bawah permukaan (target yang diinginkan) yang
lebih baik. Analisis pre-stack time migration dilakukan untuk mengetahui gambaran
penampang seismik yang hasilnya lebih jelas dari proses pre-stack time migration. Untuk
prosesnya dilakukan picking velocity yang menghasilkan penampang stacking dari proses
NMO. Kemudian dilakukan pembuatan model kecepatan RMS dan untuk selanjutnya dilakukan
proses migrasi sebelum stacking. Dari hasil analisa gambar penampang seismik hasil migrasi
dapat diambil kesimpulan bahwa model kecepatan sangat mempengaruhi kualitas hasil stack
untuk migrasi dan proses PSTM pada CMP gather nomor 2009-2184, CMP gather nomor
3234-3584, serta pada kedalaman 3000-4000 meter menghasilkan penampang migrasi yang
lebih jelas dibandingkan dengan penampang hasil stacking.
Kata kunci : Pre-stack time migration, Seismik 2D, Metode Kirchoff



KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR
NANOKRISTAL SPINEL-MgAl2O4 HASIL PENGGILINGAN
Yenny Agustine Shovia Insany 1*, Suminar Pratapa 2

Abstrak
Telah dilakukan karakterisasi mikrostruktur menggunakan data difraksi sinar-x pada nanokristal
spinel MgAl2O4 hasil penggilingan dengan planetary ball milling. Nanokristal spinel MgAl2O4
disintesis dengan metode kopresipitasi, yaitu dengan melarutkan logam Al dan Mg dalam HCl
kemudian diendapkan dengan bantuan NH4OH. Hasil pengendapan kemudian dikeringkan pada suhu kamar selama 24 jam, dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 750ºC selama 1 jam. Sampel kemudian diuji kemurniannya dengan difraktometer sinar-X. Kemudian, serbuk murni yang diperoleh diberi perlakuan mekanik (penggilingan) menggunakan planetary ball milling dengan variasi waktu 0, 1, 6, 12, dan 24 jam, yang selanjutnya dikumpulkan data difraksi sinar-x-nya. Analisis lanjut data difraksi tersebut dilakukan menggunakan sofware “MAUD” untuk mendapatkan ukuran kristal (Dv) dan distribusinya, serta regangan tak seragam. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran kristal semakin kecil dengan variasi waktu penggilingan, yaitu, berturut-turut 3.1(1) nm, 3.0(1) nm, 2.9(1) nm, 2.9(1) dan 2.8(1) nm. Sedangkan regangan semakin besar dengan waktu penggilingan, yaitu berturut-turut 1.6(13)x10-4, 6.9(43)10-4, 10.0(64)x10-4, 12.0(93)x10-4, dan 20.0(10)x10-4.
Kata kunci: mikrostruktur, difraksi sinar-x, serbuk Nanokristal, spinel-MgAl2O4, penggilingan.



INTERPRETASI METODE MAGNETIK UNTUK PENENTUAN
STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR GUNUNG
KELUD KABUPATEN KEDIRI
Zainul Musafak1), Bagus Jaya Satosa2)

Abstrak
Telah dilakukan pengukuran dengan metode magnetik untuk mengetahui struktur bawah
permukaan di sekitar gunung kelud. Pengambilan data dilakukan secara acak pada area seluas 0,6 km x 1 km dengan jumlah titik yang diperoleh 244 titik ukur. Proses akusisi dilakukan dengan menggunakan Magnetometer Proton ENVI SCINTREX. Pengolahan data diawali dengan koreksi IGRF dan koreksi variasi harian untuk mendapatkan anomali medan magnet total. Kemudian reduksi bidang datar, kontinuasi ke atas pada ketinggian 100 meter hingga 400 meter di atas sferoida referensi dan hasilnya digunakan untuk pemisahan anomali lokal dan regional. Hasil interpretasi kualitatif menunjukkan adanya anomali dipole magnetik di sebelah timur yang membentang dari arah barat laut ke tenggara sebesar -2125 nT hingga 1863 nT. Metode Talwani 2-D digunakan untuk interpretasi kuantitatif. Model geologi yang dihasilkan adalah patahan atau sesar. Nilai suseptibilitas magnetik di bawah kubah kawah gunung kelud sampai ke gunung lirang (k=0,0124 emu/gram) didominasi batuan basalt, dan di gunung sumbing (k=0,0234 emu/gram – 0,0239 emu/gram) yang didominasi batuan andesit.
Kata kunci : anomali magnetik total, gunung kelud, struktur bawah permukaan dan suseptibilitas batuan.